Entri Populer

Rabu, 26 Januari 2011

Beberapa Pertanyaan Imam Al Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al-Ghozali bertanya....
Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid- muridnya menjawab "Orang tua, guru, kawan ,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab, sesuai dengan janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.(Ali Imran : 185)

Kedua."Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab "Negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Walau dengan cara apa sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab "Gunung, bumi dan matahari". semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "hawa-nafsu" (Al-A'raaf :179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Keempat. "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab "besi dan gajah" Semua jawaban adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah" (Al-Ahzab:72) Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Kelima. "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab "Kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan sholat”. Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan sholat; gara-gara bermasyarakat, kita meninggalkan sholat.

Keenam. "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Jumat, 14 Januari 2011

Resolusi dengan Tuhan..........??

Meski sudah memasuki tengah bulan, tapi bulan ini merupakan bulan pertama di awal tahun 2011. Sebelumnya, pasti ada yang sudah membuat resolusi di tahun 2010 agar di tahun 2011 ini lebih baik lagi jadinya. Adakah resolusi yang sangat ingin Anda wujudkan berkaitan dengan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup Anda untuk Anda lakukan?
“Saya memperkirakan ada banyak orang yang merasakan hal yang sama (yaitu membuat resolusi setiap tahun tapi berakhir dengan hanya menjadi resolusi belaka tanpa pernah mewujudkannya atau mencoba untuk mempertahankannya, sehingga akhirnya berakhir dengan rasa frustasi). Sangat mudah bila hanya membuat daftar tentang segala sesuatu dalam hidup kita yang ingin kita lihat di masa depan, perubahan yang ingin kita alami daripada berusaha untuk mengubahnya.” kata Billy Graham.
“Mengapa begini? Satu alasan, saya rasa, yaitu karena kebanyakan dari daftar yang kita buat sebagai resolusi tahun baru hanya seperti harapan saja. Apa yang kita harapkan mengenai diri kita sendiri berbeda. Kita tidak pernah mengambil langkah kedua, yaitu memutuskan apa yang harus kita lakukan utnuk mencapai tujuan kita. Anda mungkin membuat resolusi untuk menurunkan berat badan, tapi Anda tidak mengembangkan sebuah rencana untuk mengubah cara makan Anda dan melakukan latihan / olahraga, Anda tidak akan sukses dalam resolusi itu,” kata Graham menambahkan.
Resolusi Anda juga perlu disesuaikan dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup Anda. Apa kehendak Tuhan? Yang pertama, Dia ingin Anda datang dan mengenalNya lebih lagi dengan memberikan dirimu kepada Tuhan. Jika Anda tidak pernah melakukan itu, tanyalah padaNya untuk datang dalam hidup Anda hari ini. ” katanya lagi.
Itulah yang kita perlu lakukan. Dengan memberikan diri sepenuh hati kepada Tuhan, kita akan melihat betapa karyaNya luar biasa dalam hidup kita. Dengan mengandalkan Tuhan, Dia akan memberikan jalan keluar terbaik dalam setiap masalah, Dia akan menyanggupkan kita untuk menjalani hidup bahkan bisa bersyukur, hidup dalam damai dan sukacita sejati.

Mental Health

Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan hidup, dan semua orang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan dan ketidak puasan.

Keadaan yang tidak menyenangkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu saja, tetapi tergantung pada cara orang menghadapi sesuatu persoalan. Misalnya ada orang miskin yang gelisah karena banyak keinginannya yang tidak tercapai, bahkan orang kaya  yang juga gelisah, cemas dan merasa tidak tentram dalam hidupnya yang diakibatkan faktor lain seperti kebosanan atau ingin menambah hartanya lebih banyak lagi.

Setiap orang, baik yang berpangkat tinggi atau tidak berpangkat bahkan seorang pesuruh, menemui kesukaran dalam berbagai bentuk. Hanya satu hal yang sama-sama dirasakan yaitu ketidaktenangan jiwa. Sesungguhnya ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. Akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.

Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang  yang menentukan apakah orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif atau tidak bersemangat.

Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa putus asa, pesimis atau apatis, karena ia dapat mengahadapi semua rintangan  atau kegagalan hidupnya dengan tenang. Apabila kegagalan itu dihadapi dengan tenang, akan dapatlah dianalisa, dicari sebab-sebab yang dimenimbulkannya, atau ditemukan faktor-faktor yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian akan dapat dijadikan pelajaran yaitu menghindari semua hal-hal yang membawa kegagalan pada waktu yang lain.

Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya, tidaklah mudah. Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-tanda dari kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan. Karenanya seseorang yang terganggu kesehatan mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam empat kelompok yaitu ; perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan. Hal ini semua tergolong kepada gangguan jiwa, sedangkan sakit jiwa adalah jauh lebih berat.



Perasaan
Diantara gangguan perasaan yang disebabkan oleh kesehatan mental ialah rasa cemas, iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu dsb. Untuk jelasnya marilah kita tinjau tiap-tiap persoalan dengan contohnya.

Rasa Cemas
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasan gelisah dan mencemaskan itu.  Terlalu banyak hal-hal yang banyak menyebabkan gelisah yang tidak pada tempatnya.

Iri Hati
Seringkali orang mrrasa iri hati atas kebahagiaan orang lain. Perasan ini bukan karena kebusukan hatinya seprti biasa di sangka orang, akan tetapi karena ia sendiri tidak merasakan bahagia dalam hidupnya.

Rasa Sedih
Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-hal yang menyedihkannya sehingga air mukannya selalu membanyangkan kesedihan, kendatipun ia seorang yang mampu, berpangkat, dihargai orang dan sebagainya.

Sesungguhnya perasaan sedih ini banyak sekali terjadi. Banyak kita melihat orang yang tidak pernah gembira dalam hidupnya. Sebabnya bermacam-macam, ada ibu yang merasa kesepian karena anak-anaknya sudah, tidak memerlukannya lagi, sedang bapak tidak lagi seperti dulu. Sebaliknya ada bapak yang merasa sedih karena istrinya yang dulu selalu memperhatikan makanan dan minumannya, sekarang telah sibuk mengurus rumah tangga dan anaknya. Kesedihan-kesedihan seperti itu, tidak disebabkan oleh sesuatu hal atau persoalan secara langsung, akan tetapi oleh kesehatan mental yang terganggu.

Rasa rendah Diri
Rasa rendah diri dan tidak percaya diri banyak sekali terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan oleh banyaknya problem yang mereka hadapi dan tidak mendapat penyelesaian dan pengertian dari orang tua. Disamping itu mungkin pula akibat pengaruh pendidikan dan perlakuan yang diterimanya waktu masih kecil.

Rasa rendah diri ini menyebabkan orang lekas tersinggung. Karena itu ia mungkin akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani mengemukakan pendapat (karena takut salah), tidak berani bertindak atau mengambil suatu inisiatif (takut tidak diterima orang). Lama kelamaan akan hilang kepercayaan pada dirinya, dan selanjutnya ia juga kurnag percaya kepada orang. Ia akan lekas marah atau sedih hati, menjadi apatis dan pesimis.

Bahkan rasa rendah diri itu mungkin akan menyebabkan ia suka mengeritik orang lain, dan tingkah lakunya mungkin akan terlihat sombong. Dalam pergaulan ia menjadi kaku, kurang disenangi oleh kawan-kawannya, karena mudah tersinggung dan tidak banyak ikut aktif dalam pergaulan atau pekerjaan.

Pemarah

Sesungguhnya orang dalam suasana tertentu kadang-kadang perlu marah, akan tetapi kalau ia sering-sering marah yang tidak pada tempatnya atau tidak seimbang dengan sebab yang menimbulkan marah itu, maka yang demikian ada hubungannya dengan kesehatan mental. Marah sebenarnya adalah ungkapan dari perasan hati yang tidak enak, biasanya akibat kekecewaan, ketidakpuasan, tidak tercapai yang diinginkannya. Apabila orang yang sedang merasa tidak enak, tidak puas terhadap dirinya, maka sedikit saja suasana luar mengganggu ia akan menjadi marah. Mungkin anak, istri atau siapapun akan menjadi sasaran kemarahannya yang telah lama ditumpuknya itu. 

Rabu, 12 Januari 2011

Wanita Sejati

Assalamualikum,,,

Berikut ini ada beberapa contoh menjadi akhwat(wanita) sejati.

1), Wanita Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari
kecantikan hati yang ada dibaliknya.

2), Wanita Sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tapi dilihat dari
sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya.

3), Wanita Sejati bukan dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari
keikhlasan Ia memberikan kebaikan itu.

4), Wanita Sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari
apa yang sering mulutnya bicarakan.

5), Wanita Sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.

6), Wanita Sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia berani mempertaruhkan kehormatannya.

7), Wanita Sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatirannya yang mengundang orang jadi tergoda.

8), Wanita Sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia menghadapi ujian itu dengan Syukur.

Dan Ingatlah…!!!

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam ber gaul....

Semuga bermanfaat bagi para akhwat sekalian,,wallohuh aklam,,

Selasa, 11 Januari 2011

Wanita Muslimah Ahli Surga

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
1. 1. Bertakwa.
2. 2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua orang tua.
15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman : “ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13)
Ahmed Bukhatir-Hizab

Senin, 10 Januari 2011

Perbedaan antara cinta dan metro mini

Perbedaan Antara Cinta dan Metro Mini


Dipenghujung shownya di metro mini, seorang pengamen berkata, “kalau saya ditanya apa perbedaan antara cinta dengan metro mini, jawabannya simple aja. Kalau cinta itu jauh dimata dekat dihati, tapi kalau metro mini, jauh-dekat Rp 2000.” Dalam hati ku bergumam, “ternyata retorika pengamen ini untuk menarik perhatian audiensnya boleh juga”.

Sebut saja nama pengamen itu, abdul. Di tengah himpitan ekonomi yang semakin mencekik, dan ditengah susahnya mencari uang di Ibu Kota, abdul terdorong untuk menjadi lebih atraktif guna manarik ‘rasa memberi’ (sense of giving) orang untuk mengeluarkan uang seadanya padanya. Abdul boleh jadi merupakan salah satu dari sekian pengamen ibu kota yang melihat pentingnya retorika atraktif yang dapat menghibur kepenatan, kecape’an, atau bahkan kesumpekan audiensnya.

Bagiku, saat itu abdul memang berbeda dengan pengamen lainnya yang kebanyakan hanya menyanyi sebentar lalu meminta sedekah dari audiensnya. Abdul saat itu begitu menghibur. Tanpa bermaksud menyepelekan atau mengkerdilkan pengamen-pengemen lainnya untuk berubah seperti abdul. Tetapi, sebenarnya yang ingin aku garis bawahi adalah bagaimana usaha seseorang untuk bisa bermanfaat bagi selainnya. Bukannya hal aneh, apabila kita menemukan banyak juga dari pengamen yang alih-alih menghibur malah tambah membuat kita ill feel. Kalau kita menganggap suatu usaha itu ada harganya yang sepadan, maka apa yang dilakukan abdul bisa jadi sepadan dengan apa yang telah diperolehnya.


‘Sense of giving’ pada setiap orang itu memang berbeda-beda, dan untuk memunculkan sense itu pada seseorang itu perlu dilakukan suatu usaha, entah itu dengan menarik simpatinya atau dengan retorika atraktif ‘ala abdul. Bagiku apa yang pengamen, pengemis, atau peminta-minta lakukan adalah sebuah usaha. Kita tak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya atas apa yang telah mereka lakukan. Mengingat realita sosial-ekonomi dan sumber daya manusia kita yang timpang.


Suatu kali disebuah toko, ada seorang wanita peminta-minta menyambangi toko yang aku berada di dalamnya. Kebetulan di dalam toko itu juga ada seorang pembeli. Pembeli itu sudah cukup tua, tapi entah kenapa pola pikirnya masih terlalu sederhana. Ia berkata padaku seraya membelakangi si peminta-minta tadi, “hei nak.., jangan kamu kasih duitmu sama orang yang meminta-minta itu. Dia itu padahal masih muda tapi malas. Dia itu gak berusaha untuk mencari duit (maksudnya selain dengan cara mengemis). Biarkan dia berusaha untuk mencari kerja dan tidak meminta-minta.” Mendengar hal itu, aku hanya menanggapinya dengan senyum.


Setidaknya menurutku ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam menanggapi hal ini, pertama, kita tidak tahu secara pasti apakah si pengemis itu berusaha untuk mencari usaha atau pekerjaan selain mengemis ataukah tidak. Boleh jadi dia sudah mencari pekerjaan kemana-mana namun tak kunjung mendapatkannya. Kita tak bisa secara sederhana mengatakan bahwa karena ia mengemis, maka ia malas berusaha. Kadang apa yang tampak di luar tidak selalu menggambarkan atau merepresentasikan keadaan yang di dalam. Bukankah Islam mengajarkan dan menganjurkan pada kita untuk khusnu dhann (berperasangka baik).


Pandangan filsafat mengajarkan pada-ku untuk tidak melihat sesuatu secara parsial, tapi lihatlah sesuatu itu secara universal, kompleks dan dari banyak sisi. Karena apabila kita melihat sesuatu hanya dari satu sisi dan parsial saja, jatuhnya kita akan terjebak dan hal itu mereduksi keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, pandangan filsafat mengajarkan agar kita tidak melihat suatu dari luarnya saja, tapi lebih dari itu melilhat masuk ke dalam hingga ke akar-akarnya (radix). Tujuannya adalah kita diharapkan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya.


Kedua, kita tidak bisa menyalahkan para pengemis atas nasib yang ditimpa mereka. Mengingat relita sosial-ekonomi saat ini yang tidak adil. Aku yakin para pengamen, pengemis, dan peminta-minta itu memiliki mentalitas kuat untuk bekerja. Ya mereka memiliki semangat dan etos kerja (walau mungkin tidak semuanya). Tetapi itulah, struktur sosial kita tak mau menampung mereka. Harus tinggi sekian-lah, harus putih, menarik, punya ijazah SMA, SI, menyediakan duit sekian, dan lain-lainnya.


Untuk itu saran saya, kalau anda misalnya tidak ingin memberi, ya sudah. Tapi jangan menghardik atau menghinanya. Mereka memang tidaklah seberuntung kita yang sudah diberi kemapanan dalam rezeki. Ketidakmampuan dalam bekerja selain mengemis atau yang semisal dengannya bukan berarti merendahkan martabat mereka.


Wallahu a’lam bisshawab…..

Memahami ulang wanita dalam Islam

Memahami Ulang Wanita Dalam Islam; Sebuah Pandangan Fatima Mernissi



Dalam jajaran tokoh feminisme muslim modern, nama Fatima Mernissi mungkin berada di urutan teratas. Ia adalah seorang wanita muslim Arab pakar sosiologi yang mengamati masalah gender dalam kehidupan umat Islam. Masalah gender yang terutama ia amati dan ia beri perhatian khusus adalah masalah gender di negara kelahirannya, Maroko. Banyak karyanya berbicara tentang problem seksualitas dalam dinamika kehidupan sosial Maroko yang tidak terlepas dari Islam sebagai agama keyakinannya.

Suaranya lantang jika berkaitan dengan ketidakadilan pada wanita. Karya-karyanya tak jarang pedas pada laki-laki. Penulis banyak karya yang hampir keseluruhan berbicara masalah gender ini bukan hanya terkenal di negaranya saja. ia adalah tokoh feminis Internasional. Buku-bukunya banyak yang menjadi referensi bagi peneliti Barat yang ingin mengetahui lebih jauh tentang wanita dalam Islam.

Secara universal, pemikiran Mernissi sebenarnya ingin menampilkan keberpihakan Islam pada kesetaraan gender. Islam secara substantif tidak melarang wanita untuk berpolitik, berkarir, dan memperoleh pendidikan yang tinggi. Mernissi lebih lanjut ingin menunjukkan bahwa Islam mengakui hak-hak, status, dan peran wanita dalam hampir semua dimensi kehidupan.

Biografi dan Latar Belakang Kehidupan Mernissi


Fatima Mernissi lahir di Fez Maroko pada tahun 1940. “salah seorang feminis Arab-Muslim terkenal,” merupakan generasi pertama perempuan Maroko yang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Dia kuliah di Universitas Muhammad V di Rabat, kemudian melanjutkan pendidikannya untuk menerima gelar doktornya dalam bidang sosiologi di Amerika Serikat pada tahun 1973.


Mernissi lahir dalam sebuah keluarga yang masih memegang tradisi bahwa wanita harus dibatasi ruang geraknya. Tradisi ini di Maroko disebut dengan harem (Harem disini tidak sebagaimana yang sering dipahami sebagai selir raja, akan tetapi lebih kepada pembatasan ruang gerak wanita). Sebagai wanita yang hidup dalam harem, ia sebagaimana ibu, nenek, dan bibinya tidak mudah untuk keluar rumah semaunya. Mereka harus izin terlebih dahulu pada seorang penjaga dan lebih dari itu ia tidak boleh keluar sendirian. Wanita dalam harem tidak bisa bebas bergerak, kebanyakan waktu mereka dihabiskan dalam rumah. Mernissi mendeskripsikan kemudian bagaimana wanita-wanita dalam harem menghadap langit dan bermimpi hal-hal sederhana seperti berjalan dengan bebas di jalan menjadi kenyataan.
Kendati Mernissi lahir dalam sebuah harem, akan tetapi ia tergolong beruntung masih bisa mendapatkan pendidikan. Hal ini kontra dengan para wanita dalam harem yang lebih senior darinya, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan. Mernissi lahir di saat Maroko sedang dikuasai oleh kaum nasionalis yang sedang berupaya untuk memberikan pendidikan yang setara bagi laki-laki dan wanita dan berjanji untuk menghapuskan poligami serta mengangkat status wanita menjadi setara dengan laki-laki.

Dalam tahap awal pemikirannya, ia terutama terpengaruh oleh neneknya, Yasmina. Mernissi menggambarkan neneknya ini sebagai seorang yang kritis selain juga puitis. Mernissi sering mendengar cerita tentang Madinah dan Rasul dari neneknya itu. Mernissi tak menampik bahwa neneknya menceritakan bagaimana indahnya Madinah dan persamaan dihargai saat itu oleh Nabi. Ini yang kemudian menjadikan Mernissi terobsesi dengan Islam Madinah. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa neneknya tidak sama dengan kebanyakan wanita Maroko saat itu yang tidak terlalu ambil pusing dengan perlakuan laki-laki terhadap mereka dalam kehidupan mereka. Baginya, neneknya adalah orang pertama yang menyadarkannya akan ketidakadilan perlakuan yang menimpa wanita.


Selain neneknya, ibunya juga merupakan seorang wanita yang berperan penting dalam membentuk Mernissi dewasa. Ibunya percaya bahwa laki-laki dan wanita memiliki potensi yang sama. Sehingga inferioritas di satu sisi dan superioritas di sisi lainnya tidak dapat diterima dan sebaliknya bertentangan dengan Islam. Ibunya menekankan pada Mernissi bagaimana cara bertindak dan bagaimana menjadi perempuan yang bijak. Lalu mengapa nenek dan ibunya sampai berpandangan demikian?


Rupanya kondisi Maroko saat itu yang menjadi penyebabnya. Kala itu Maroko terserang dan terjangkit pemahaman yang keliru tentang wanita. Wanita saat itu tidak lebih dari sekadar anak atau pun istri yang sangat minim sekali peran sosial serta politiknya. Tidak hanya itu, bahkan dalam kehidupan keluarga pun para wanita berada di bawah kekuasaan laki-laki. Intinya bahwa terjadi ketimpangan posisi, peran, dan hak, akibat perbedaan kelamin.


Berdasar dari pengalaman pribadi dan kontak sosialnya dengan masyarakat muslim ~yang terutama adalah wanita~ Maroko. Mernissi kemudian tertarik untuk mengamati masyarakat muslim di negaranya. Islam yang dipahaminya dalam bentuk nilai-nilai, seperti; kebebasan dan persamaan, baginya berbeda dengan Islam yang dipahami dan dipraktekkan muslim Maroko kala itu.


Kehidupan sosial umat muslim Maroko dalam pandangannya tidak mencerminkan nilai-nilai Islami yang sesungguhnya. Hampir seluruh aspek kehidupan, entah itu wanita dilihat sebagai masyarakat sipil maupun sebagai anggota pemerintahan, ketimpangan selalu saja ada. Meskipun konstitusi Maroko memberikan kepada kaum perempuan hak untuk memilih dan dipilih, realitas politik hanya memberikan kepada mereka hak yang disebut pertama. Dalam pemilihan umum legislatif tahun 1977, delapan orang perempuan yang mencalonkan diri tidak memperoleh dukungan dari enam juta pemilih, yang tiga juta diantaranya adalah kaum perempuan.[i] Enam tahun kemudian, dalam pemilihan kota praja tahun 1983, 307 orang perempuan memberanikan diri mencalonkan diri, dan hampir tiga setengah juta pemilih perempuan datang ke tempat pemungutan suara. Hanya 36 orang perempuan yang memenangkan pemilihan, dibanding dengan 65.502 orang laki-laki.[ii]


Dalam kapasitasnya sebagai seorang sosiolog, ia berargumen bahwa aspirasi wanita yang minim dalam perpolitikan, yakni terjun dalam dunia politik, mencerminkan bagaimana pemahaman kebanyakan wanita di Maroko. Wanita bersanding dengan politik tidak dapat dibenarkan oleh mereka. Setidaknya hasil pemilihan di atas membuktikan hal itu. Pemahaman ini dalam kaca mata Mernissi tidak begitu saja terbentuk, ia adalah proses sejarah masa lalu yang tetap dipertahankan hingga sekarang.


Tradisi; Islam atau bukan?


Corak masyarakat Maroko adalah Islami, lebih tepatnya Islami yang sesuai dengan tradisi. Hampir semua masyarakatnya; entah itu politisi, ekonom, maupun sipil, masih berpegang teguh dengan adat dan hukum Islam tradisional. Hal ini merupakan warisan yang secara estafet diperoleh dari kakek-nenek mereka.


Islam sebagai sebuah agama dalam kenyataanya memang mencakup hampir seluruh elemen kehidupan masyarakat muslim. Tidak politik, tidak juga ekonomi, hubungan sosial dan individual pun semuanya oleh Islam disediakan landasan hukum dan pandangan. Apa yang nampak dalam realita masyarakat dan pemerintahan Maroko juga memiliki landasan justifikasi dari Islam. Namun Mernissi dengan kritis mempertanyakan, apakah memang benar demikian kenyataannya (kenyataan yang terutama berkaitan dengan peran wanita)?


Mernissi mencoba masuk ruang ini yang bagi kebanyakan orang dan terutama wanita jarang disentuh. Mernissi hendak mempertanyakan keabsahan tindakan laki-laki terhadap wanita ~entah itu secara sosial, ekonomi, maupun keluarga~ yang terlihat lebih sebagai penindasan dan ketidakadilan.


Mernissi bahkan melangkah lebih jauh dengan melihat sejarah Islam dalam mengamati wanita. Ia selanjutnya mendapatkan bahwa ternyata sejarah tradisi Islam lebih banyak dibentuk oleh laki-laki. Dan dalam konteks Maroko, sejarah itu tetap dipertahankan. Bagi Mernissi sejarah itu tidaklah lain adalah bentukan laki-laki yang oleh mayoritas masyarakat Maroko diterima sebagai warisan nasional dan budaya yang nahasnya ‘terlihat’ dilegetimasi oleh Tuhan untuk kemudian dianggap Islami. Mengapa saya katakan ‘terlihat’, karena bagi Mernissi, sejarah itu ternyata tidak benar-benar otentik dan orisinil dari Islam. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sebenarnya sejarah ini hanya tradisi (bukan Islam) yang dalam terbentuknya tak lepas dari kepentingan laki-laki terhadap wanita. Kepentingan ini dalam pandangan Mernissi meliputi kepentingan politik dan seksual.


Mernissi terlihat sangat jengkel pada laki-laki, mengapa mereka bisa bergerak bebas sedangkan wanita tidak? Dalam pengantar bagi bukunya Beyond the Veil, ia melontarkan sebuah pertanyaan sederhana: “Mengapa saya tidak bisa berjalan-jalan dengan damai di sepanjang lorong-lorong kota Madinah yang saya sukai dan begitu saya nikmati? Saya merasa heran bagaimana masyarakat muslim membentuk pola ruang berdasarkan seksualitas, bagaimana ia memproyeksikan ke dalam ruang suatu pandangan yang khusus tentang seksualitas wanita?”[iii]


Di lain sisi, kala itu Maroko memang sedang dihadapkan dengan modernitas. Nilai-nilai yang sejak dulu sudah mapan seakan menemui rintangan untuk tetap dipertahankan. Demokrasi sebagai produk dari Barat yang menawarkan kebebasan dan kesetaraan bagi setiap manusia seakan memberi angin segar banyak wanita yang merasa jenuh dengan ketidakadilan, dan sebaliknya menjadi musuh bagi mereka yang masih memang teguh kepercayaan Islam tradisional. Hak Asasi Manusia (HAM) yang diprakarsai oleh PBB yang dengan jelas menyuarakan persamaan, kebebasan, dan kesetaraan bagi semua manusia rasanya juga memang harus terbentur dengan Islam kala itu.


Hijab sebagai bagian dari tradisi Islam adalah salah satu penghambat itu. Bagi Mernissi, hijab selain sebagai simbol bagi ketertutupan, kesucian, sebenarnya juga bermakna pengekangan bagi wanita. Hijab memisahkan jurang yang cukup lebar terkait dengan identitas seksual yang secara fungsional berimplikasi pada peran dan tugas masing-masing gender. Wanita dalam kegiatannya bersifat tertutup dan terbatas, sedangkan laki-laki tidak. Selain itu wanita juga harus taat terhadap laki-laki dalam berbagai hal. Hal ini bagi Mernissi dan juga wanita-wanita yang berpandangan non-fundamentalis sangatlah tidak adil. Inilah konflik yang terjadi, fundamentalis di satu sisi dan non-funfamentalis di sisi lainnya.


Dia ingin melihat Maroko dan dunia Arab bergerak melampaui apa yang dianggapnya sebagai sistem hukum abad ke-7[iv] menuju sistem hukum modern yang menderivasikan prinsip-prinsipnya berdasarkan kebutuhan masyarakat yang sedang berubah dan terus berkembang, karena kebutuhan itu juga berubah.[v] Menarik sebenarnya untuk mengetahui pembelaan Mernissi selanjutnya, untuk itu penting kiranya untuk melihat bagaimana pandangannya tentang Islam dalam kaitannya dengan wanita.


Penelusuran Hadits Misogini[vi]


Setelah disinggung di atas bahwa tradisi bukanlah Islam, lalu pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah; apakah pengucilan wanita dihadapan laki-laki sebenarnya adalah produk tradisi atau murni dari Islam? Kira-kira itulah pertanyaan mendasar yang ingin dicari jawabannya oleh Mernissi. Sosiolog asal Maroko ini merasa ada sesuatu yang aneh, tidak adil dan irrasional pada Islam jika ternyata Islam memang melegalkan superioritas lelaki di atas wanita dalam seluruh aspek.


Dengan keingintahuannya yang besar, Mernissi akhirnya terpanggil untuk menelusuri dan melakukan penelitian terhadap dua sumber Islam, al-Qur’an dan Hadits. Kitab-kitab klasik serta berbagai kitab tafsir tanpa canggung ia gunakan guna mendukung risetnya. Ini adalah usaha besar yang jarang sekali dilakukan seorang wanita muslim. Ihya’ Ulum ad-Din karya al-Ghazali, al-Muwaththa’ karya Imam Malik, koleksi hadits semisal hadits-hadits Bukhori-Muslim dan sejumlah karya Islam klasik seperti Sirat an-Nabi karya ibn Hisyam, dan kitab at-Tabaqat al-Kubra karya Ibn Sa’ad, dan Tarikh karya at-Thabari adalah sederetan sumber-sumber Islam yang ia gunakan sebagai rujukan.


Usahanya ini mendapatkan hasil yang cukup signifikan guna mengungkap apa yang sebenarnya Islam inginkan dalam menanggapi relasi antara lelaki dan perempuan. Bukunya yang berjudul Women and Islam: An Historical and Theological Enquiry yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Wanita di Dalam Islam, mungkin adalah karyanya yang paling representatif dari hasil penelusurannya terhadap sumber-sumber Islam.


Apabila memperhatikan karyanya di atas, kita akan menemukan bagaimana gaya Mernissi dalam mendedah maksud ayat atau pun hadits. Mernissi dalam buku ini memang bisa dikatakan sebagai penafsir. Dan usahanya ini ia lakukan dengan cara; pertama, menunjukkan ayat dan hadits yang oleh kebanyakan orang bermakna sebagai inferioritas dan kerendahan posisi wanita. Kedua, menunjukkan kesalahan tafsir maupun pemahaman terhadap ayat atau menunjukkan akan ketidakshahihan suatu hadits. Usaha yang kedua ini ia lakukan dengan penulusuran historis yang panjang dengan berdasar pada sumber-sumber kitab Islam klasik. Tidak hanya itu, sebagai penyempurna dari apa yang ia dapat, ia pun juga memberikan analisis-analisis kritis terhadap sejarah Islam terkait dengan ayat dan hadits tentang perempuan.


Pada bab tiga dalam bukunya Wanita di dalam Islam. Ia mengutip sebuah hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah. Dalam hadits itu disebutkan: “Siapa yang menyerahkan urusan mereka kepada kaum wanita, mereka tidak akan pernah memperoleh kemakmuran”. Dalam menanggapi hadits ini, ia berusaha lebih jauh untuk mengetahui secara historis dan metodologis tentang perawinya, terutama, dalam kondisi bagaimanakah hadits ini pertama kali diucapkan, kapan, di mana, mengapa dan kepada siapa hadits ini diucapkan?


Kendati hadits ini terklasifikasi sebagai shahih dalam kumpulan hadits Bukhari, namun hal ini tidak mengendurkan niat Mernissi untuk tetap melakukan penyelidikan. Bagi Mernissi, hadist merupakan wilayah kajian ilmiah, dengan demikian tidak ada hambatan baginya untuk mendobrak benteng klasifikasi Bukhori yang mungkin oleh beberapa orang dianggap tabu.


Dari penelusurannya terhadap hadits ini, akhirnya ia menemukan bahwa ternyata perawi yang meriwayatkan hadits ini, yakni Abu Bakrah ternyata pernah melakukan pemfitnahan atau kebohongan. Dari segi keturunan pun, Abu Bakrah ~yang awalnya adalah seorang budak yang kemudian dibebaskan oleh Nabi~ tidak jelas. Dalam berbagai kitab klasik yang ditelusuri oleh Mernissi, ia tidak menemukan siapa ayah Abu Bakrah. Dalam penelitian lanjutan, dengan menggunakan pendekatan psiko-historis, ia mencoba memahami bagaimana Abu Bakrah mengeluarkan hadits ini. Fakta historis menjelaskan bahwa hadits tersebut muncul pada saat setelah Perang Jamal (perang unta), perang antara Imam Ali dengan Aisyah. Abu Bakrah saat itu sedang mengalami dilema antara memihak Ali sebagai khalifah yang sah dan sepupu Nabi dengan Aisyah sebagai isteri nabi. Kondisi Aisyah kala itu secara politis kalah total dan lebih dari 13 ribu pasukannya gugur dalam pertempuran. Ali sendiri telah mengambil alih kota Basrah (kota di mana Abu Bakrah tinggal) dan siapa saja yang tidak bergabung ke dalam barisannya harus memberikan alasan untuk membenarkan tindakannya.


Bagi Mernissi, fakta historis ini setidaknya dapat menjelaskan secara psikologis mengapa kemudian Abu Bakrah memilih untuk tidak memihak. Namun yang disesalkan adalah mengapa Abu Bakrah menjadikan jenis kelamin sebagai alasan penolakannya untuk terlibat dalam pertikaian politik itu. Kendati ia adalah seorang sahabat nabi yang bergaul cukup lama dengan nabi, namun dengan segenap kekurangan pada diri Abu Bakrah, maka hadits di atas yang pernah ia dengar dari Rasul harus ditolak.


Kaum fuqaha pun tidak sepakat terhadap pemakaian hadits tersebut bertalian dengan masalah wanita dan politik. Tak diragukan lagi, banyak yang menggunakan hadits ini sebagai argumen untuk menggusur kaum wanita dari proses pengambilan keputusan. Namun, banyak juga yang lain yang menyimpulkan bahwa argumen tersebut sama sekali meragukan dan tak berdasar.[vii]
Hadits di atas adalah hadits yang Mernissi dapatkan dalam realita kehidupannya –lebih spesifiknya hadits yang ia dengar dari seorang wanita sewaktu ia sedang bertanya pada seorang wanita pedagang di pasar tentang “bolehkan perempuan menjadi pemimpin?.” Wanita tersebut lalu menjawab dengan hadits yang dikutip di atas. Pun begitu hadits berikut yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yakni bahwa menurutnya “Rasulullah mengatakan bahwa anjing, keledai, dan wanita, akan membatalkan shalat seseorang apabila melintas di depan mereka, menyela dirinya antara orang yang shalat dan kiblat”. Hadits ini adalah hadits yang ia dapatkan saat ia berada di sekolah menengah. Pada saat itu, oleh gurunya ia sedang diajarkan pelajaran Sejarah Agama yang ditandai dengan pengenalan as-Sunnah. Gurunya mengutip beberapa hadits yang bersumber dari kitab Bukhari, dan hadits di atas adalah salah satunya. Mernissi merespon hadits ini dengan dingin. Baginya ada sesuatu yang janggal dari apa yang selama ini ia terima dan ketahui tentang Muhammad saw. Mernissi remaja yang saat itu berusia 16 tahun kritis terhadap hal ini. Baginya, bagaimana mungkin Nabi melukai hati wanita dengan menyejajarkannya dengan binatang? Sedang sejauh yang ia ketahui dari neneknya Yasmina, bahwa Nabi adalah seorang yang pengasih dan penyayang. Nabilah yang sangat lembut terhadap para isterinya.

Beranjak dewasa, penelusuran pun ia lakukan. Tak jarang ia menemukan berbagai hadits yang hampir serupa dalam merendahkan status wanita. Dalam konteks ini, penelusurannya terfokus pada sang perawi, Abu Hurairah, yang ternyata banyak hadits yang ia riwayatkan terkait dengan wanita. Mernissi mendedah Abu Hurairah secara historis yang meliputi siapa ia, mengapa ia meriwayatkan hadits demikian, dan berbagai aspek lainnya yang memungkinkan Mernissi menemukan siapa itu Abu Hurairah. Penelitiannya mengungkapkan bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang ingatannya kurang bagus dan gemar dengan mudahnya menyebarkan hadits. Intinya bahwa ia adalah seorang yang kurang dipercaya. Dan nahasnya banyak dari hadits yang ia riwayatkan menjadi sumber dalam literatur keislaman.
Hal-hal yang terkait dengan wanita dalam Islam memang ingin ia dapatkan. Dengan melihat realita sekarang di mana beberapa ayat dan hadits disalahtafsirkan oleh beberapa orang untuk kepentingannya sendiri, Mernissi merasa terdorong untuk mencari Islam yang sebenarnya berkenaan dengan wanita dalam relasinya dengan laki-laki. Untuk itu, ia kemudian menawarkan untuk kembali ke Madinah.

Kembali Ke Madinah


‘Kembali ke Madinah’ adalah ajakan kembali ke zaman di mana Rasul hidup. Baginya dengan mengamati Madinah pada saat itu, kita akan menemukan posisi dan peran wanita yang sebenarnya dihargai oleh Islam. ‘Kembali ke Madinah’ bermakna lihatlah dan kembalilah pada bagaimana sikap Islam dalam memperlakukan wanita. Zaman sekarang ini dan bahkan setelah Rasul wafat, bagi Mernissi, telah dirasuki oleh tradisi-tradisi dan kebudayaan non-Islami yang sebenarnya berpangkal pada supremasi pria untuk menguasai wanita.


Merujuk pada masa pra-Islam, maka akan kita temukan bagaimana rendahnya perempuan. Ia tidak diperlakukan secara manusiawi dan sebaliknya hanya diperkukan sebagai pemuas hasrat seksual pria belaka. Kala itu, seorang pria yang kehilangan ayahnya dapat mewarisi janda ayahnya tersebut untuk kemudian dijadikan sebagai seorang isteri. Dan apabila si janda tidak diambil oleh si anak tadi, maka ia akan diambil oleh keluarga pria dari sukunya. Begitu juga dengan budak wanita yang diperlakukan semau majikannya. Intinya, wanita saat itu diasumsikan sebagai harta yang dapat diperjual-belikan, dimanfaatkan semaunya, atau pun diwariskan.


Islam datang di saat yang tepat. Banyak ayat yang mematahkan ketentuan dan kebiasaan lama pra-Islam. Misalnya dalam al-Qur’an disebutkan: “Sesungguhnya laki-laki muslim dan perempuan yang muslimah, laki-laki yang mu’min dan perempuan yang mu’minah, laki-laki yang taat dan perempuan yang taat, laki-laki yang benar dan perempuan yang benar…, maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. Dan ayat tentang warisan yang mencabut hak istimewa pria kala itu. Dalam ayat ini (Q.S. an-Nisa’: 37) dijelaskan bagaimana wanita tidak boleh diwariskan bahkan lebih dari itu mereka pun berhak mendapat warisan.


Prinsip-prinsip Islam yang revolusioner ini tentu mengangkat derajat wanita. Tak hanya itu, dengan ‘kembali ke Madinah’ kita akan menemukan bagaimana peran dan posisi wanita terbilang cukup signifikan. Mernissi pada tahap ini berbicara tentang isteri-isteri nabi dan yang terutama adalah Ummu Salamah dan Aisyah yang dalam sejarahnya banyak membantu misi nabi. Dari penulusuran secara historis tentang isteri-isteri Nabi, ia mendapatkan bahwa ternyata isteri-isteri Nabi dalam beberapa hal tidak hanya berperan di belakang layar, namun lebih dari itu, bersama-sama dilibatkan dalam masalah strategi.
Mernissi kemudian menggaris bawahi arsitektur rumah rasul dan isteri-isterinya dengan masjid yang berdekatan dan bersebelahan. Arsitektur Rasulullah menciptakan suatu ruang yang jarak antara kehidupan publik dan pribadi dihapus, di mana ambang pintu fisik bukanlah suatu hambatan. Ini adalah arsitektur yang membuat tempat tinggal terbuka begitu mudah ke dalam masjid, arsitektur yang memberikan peran penting di dalam kehidupan para wanita dan kaitan mereka dengan politik.[viii] Sebagaimana yang sejarah catat bahwa masjid kala itu adalah pusat penyebaran nilai-nilai keislaman selain juga sebagai pusat untuk berdiskusi tentang politik maupun strategi militer.

Kendati demikian, rupanya hal ini malah menjadi masalah lain yang menghambat Rasul dalam menjalankan misi kenabiannya. Mengingat pada saat itu, pelanggaran-pelanggaran dan serangan terhadap Rasulullah kerap kali terjadi. Orang sering datang ke rumah beliau tanpa permisi, orang sering berkunjung ke rumah beliau tanpa memperhatikan waktu. Implikasi dari hal ini adalah Rasul sebagaimana juga para isterinya merasa terganggu. Rasul pun mulai mengambil keputusan untuk memisahkan antara kehidupan publik dengan pribadi yang kemudian dilembagakan dengan turunnya ayat tentang hijab.


Kala itu sekitar tahun 5-7 H, Madinah sedang diguncang kondisi yang tidak aman. Para wanita termasuk juga isteri-isteri Nabi sering diganggu oleh orang munafik. Padahal di saat yang sama, kebebasan dan persamaan bagi wanita yang hendak ditegakkan oleh Islam baru tumbuh. Namun rupanya, orang-orang munafik dan bahkan orang-orang muslim sendiri masih tidak menerima hukum yang baru itu. Ada semacam kehilangan hak istimewa jika hukum ini dilaksanakan. Tentunya mereka tidak bisa lagi dengan mudah untuk menyalurkan hasrat seksual mereka terhadap para wanita dan memanfaatkan mereka untuk keuntungan ekonomis. Untuk itu, kaum munafik menganggu isteri-isteri Nabi dan wanita muslim untuk meminimalisir hak mereka dan supaya mereka tercegah dari memperoleh hak-hak lanjutan. Dalam menanggapi hal ini, Umar bin Khattab pun mendesak nabi untuk melembagakan hijab bagi para wanita muslim sehingga mereka tidak lagi diganggu.


Menurut Mernissi, Nabi sebenarnya tidak ingin hijab dipahami sebagai untuk memojokkan, menghalang-halangi, dan menyembunyikan wanita. Namun rupanya kebebasan yang diberikan Islam bagi wanita ternyata memang mengalami perlawanan yang kuat dari orang-orang Arab kala itu yang masih kuat pendiriannya untuk memandang rendah wanita. Terkait dengan hal ini, lalu turunlah ayat: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.[ix]


Dalam pandangan Mernissi, Nabi sedang mengalami masa sulit dalam mencapai impiannya agar wanita bisa bebas berjalan-jalan di seputar kota, sedang di lain pihak para pria tak bertanggung jawab yang menuhankan hawa nafsunya tak henti-hentinya mengganggu para wanita muslim. Mungkin Mernissi hendak mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang turun di atas itu adalah suatu bentuk ‘jalan aman’ tanpa mengorbankan para wanita, kendati konsekuensinya gerak-gerik wanita menjadi terbatas. Masih menurut Mernissi, keadaan yang terakhir inilah yang ternyata lebih mengemuka di hari-hari kemudian.


Penutup


Dengan latar belakangnya sebagai seorang sosiolog, Mernisi memang cenderung melihat segala sesuatunya dari sudut pandang sosiologi. Ia hampir tidak melihat dari sudut pandang yang lain, semisal teologi. Dan sampai tataran ini, kalau boleh sedikit mengkritik, sebenarnya saya pribadi tidak setuju dengan cara Mernissi menafsirkan ayat. Mengingat untuk menafsirkan suatu ayat terdapat beberapa hal yang mesti diketahui dan diperhatikan, dan tidak melulu dilihat dari sudut pandang sosiologis. Kendati pada saat yang sama melihat ayat dari sudut pandang sosiologis bisa membantu sesorang dalam memahami suatu ayat. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika bisa mengkompromikan beberapa pendekatan dalam menafsrikan suatu ayat.


Meskipun penelitiannya tentang kondisi perempuan Arab pada dasarnya terkait dengan Maroko modern, tetapi pandangan dan kesimpulannya dapat membantu memahami kondisi-kondisi perempuan Arab di mana pun yang serupa, khususnya ketika gaya hidup tradisional Islam tetap berlangsung dan modernitas sedang berjuang mengukuhkan dirinya.


Pandangan Mernissi banyak diamini oleh para wanita yang tak lagi nyaman dengan pengekangan dan ketidakadilan. Dan dalam kaitannya dengan Maroko, ia secara tegas mengatakan bahwa serangkaian hukum dan adat yang ada kala itu salah. Baginya, adat dan hukum itu tidaklah lain adalah upaya laki-laki dalam menjamin agar status wanita tetap berada dalam kepatuhan terhadapnya. Pandangan ini bisa jadi tergolong liberal bagi mereka yang masih kental dengan tradisi (semisal perjodohan, wanita harus taat secara mutlak pada suami, wanita tidak boleh keluar rumah, tidak boleh berperan dalam politik, dll). Namun sebaliknya pandangan ini di saat yang sama malah memberikan kesempatan bagi terealisasinya persamaan gender menjadi terbuka lebar.


Mernisi meramal bahwa di tahun-tahun yang akan datang pemisahan gender di negara-negara Arab akan semakin berkurang. Mengingat modernisasi dan kebutuhan ekonomi, serta cinta dalam unit keluarga menjadi sangat bernilai dan diharapkan, sehingga hal ini berpotensi besar untuk membawa laki-laki dan perempuan Arab mencapai persesuaian untuk kemudian menyelesaikan ketegangan sosial dan emosional yang mereka rasakan.

[i] Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang isu-isu global, Paramadina, 2003, h. 157.
[ii] Ibid, h. 158
[iii] Fatima Mernissi, Beyond The Veil: Seks dan Kekuasaan, ALFIKR, 1997, h. 35.
[iv] Beberapa hukum Maroko saat itu tidak lain adalah sebuah kodifikasi serangkaian artikel yang terdiri dari bagian dan sub-bagian prinsip-prinsip hukum tradisional Imam Malik dalam mengatur keluarga.
[v] Issa J. Boulatta, Dekonstruksi Tradisi: Gelegar Pemikiran Arab Islam, LKIS, 2001, h. 188.
[vi] Hadits misogini adalah hadits yang dalam redaksinya terdapat ungkapan membenci atau merendahkan wanita.
[vii]Fatima Mernissi, Wanita di Dalam Islam, Pustaka, 1994, h. 78.
[viii]Ibid, h. 144.
[ix] Q.S. Al-Ahzab: 59.

Referensi

Mernissi, Fatima, 1994. Wanita di Dalam Islam, Bandung: Pustaka.

Kurzman, Charles, 2003. Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang isu-isu global, Jakarta; Paramadina.

J. Boulatta, Issa, 2001. Dekonstruksi Tradisi: Gelegar Pemikiran Arab Islam, Yogyakarta: LKIS.
Mernissi, Fatima, 1997. Beyond The Veil: Seks dan Kekuasaan, Surabaya: ALFIKR.

Minggu, 09 Januari 2011

memotret siluet

foto siluet nelayanSiluet adalah foto dengan obyek utama gelap total dengan background yang terang, sehingga yang terlihat adalah bentuk dari obyek utama tadi. Memotret siluet tidaklah sesulit yang dibayangkan, asal anda tahu langkah-langkah dan tips-nya. Silahkan:

Matikan Flash

Yang pertama dan terpenting adalah flash di kamera harus dimatikan, kalau tidak anda akan mendapatkan foto biasa (karena obyek utama-nya tidak jadi gelap). Jadi matikan flash dikamera anda

Cari kondisi pencahayaan yang tepat (backlight)

Untuk menghasilkan siluet, background anda harus lebih terang dibandingkan dengan obyek utama. Itulah kenapa kebanyakan foto siluet dilakukan saat sunset atau sunrise, dimana matahari (sumber cahaya) ada di belakang obyek yang ingin anda foto (backlighting). Tapi jangan batasi diri, foto siluet bisa dihasilkan kapan saja, pada intinya anda hanya harus menemukan background yang lebih terang dibandingkan obyek utama.

Carilah obyek yang bentuknya menarik

Foto siluet akan sangat menonjolkan bentuk obyek utama, oleh karena itu carilah obyek dengan bentuk yang menarik dan memiliki karakter kuat. Perhatikan foto diatas, karena obyek utama (pencari ikan) kehilangan detail dan menjadi sangat gelap, bentuknya justru akan lebih terekspos. Kita bisa melihat dengan jelas batas-batas lekukan bentuk tubuh si nelayan, bentuk jaring dan bingkainya sampai tetesan air yang keluar dari jaring. Anda juga bisa mencoba dengan obyek lainnya.

Carilah background yang tepat

Untuk mendapat siluet anda harus menemukan background yang lebih terang. Usahakan juga untuk mendapatkan background yang menarik namun juga tidak ramai sehingga obyek utama terlihat sangat menonjol. Langit dan pantai adalah contoh favorit.

Ukur eksposur dengan tepat (manual/ auto)

Sebisa mungkin gunakanlah mode manual eskposur. Set metering di spot metering. Lakukan pengukuran di daerah background yang paling terang. Dalam contoh foto diatas saya mengukur cahaya langit diatas helm. Ubahlah kombinasi aperture dan shutter speed sesuai dengan hasil metering anda, terutama pada aperture pastikan anda set sesuai keinginan anda (aperture besar untuk background yang agak kabur dan aperture kecil untuk background yang tajam). Setelah anda menentukan aperture dan shutter speed yang dipilih, arahkan kamera ke obyek utama. Aturlah h3 yang terbaik dan tentukan fokus di obyek utama, baru kemudian jepret….
Jika anda tidak bisa menggunakan mode manual, gunakanlah mode auto. Arahkan kamera ke area paling terang, dalam contoh diatas adalah ke langit diatas si pencari ikan, pencetlah setengah shutter anda (jangan pencet penuh) lalu tahan shutter jangan dilepas. Lalu arahkan kamera ke obyek utama anda baru kemudian jepret….

Jangan takut mencoba

Cobalah kombinasi aperture dan shutter speed yang berbeda jika anda gagal di kesempatan pertama. Cobalah juga bereksperimen dengan obyek dan lingkungan anda, jangan hanya terpaku pada sunset dan sunrise, karena foto siluet bisa dihasilkan dimanapun (silahkan lihat juga 8 contoh foto siluet kreatif ini).
Oke selamat mencoba!!

Mengubah tampilan facebook ke versi baru

Bagaimana cara mengaktifkan profil Facebook yang baru?
Beberapa bulan yang lalu facebook membuat perubahan besar pada fitur-fitur antarmuka. Dan kali ini giliran profil pribadi, setelah halaman beranda/home memiliki perubahan kecil, sekarang profil facebook terlihat berbeda dari yang biasanya.
profil facebook
Cukup klik disini lalu tekan tombol get the new profile, untuk mengubah tampilan profile facebook anda ke versi yang baru.
fb profile
Pada tampilan profile facebook ini untuk wall, photos dan infoo yang biasanya berada di atas dipindahkan kesebalh kiri dibawah foto profile anda.
NB: Anda tidak bisa mengembalikan tampilan facebook anda yang baru ke tampilan facebook yang lama setalah mengaktifkan tampilan facebook yang baru.

cara mengetahui siapa yg menghapus anda di friend list facebook..Facebook friends checker merupakan userscript untuk firefox yang seara berkala memeriksa friend list kalian di facebook. Cara untuk menggunakannya adalah dengan menginstallkan Greasmonkey terlebih dahulu tentunya dengan menggunakan web browser firefox. Setelah terinstal maka selanjutnya instal script Facebook Friend Checker yang ada disini. Secara default script ini akan mendeteksi setiap dua jam sekali dan akan memberikan pesan siapa yang nge remove kalian dari friendlistnya dan memberikan link untuk membuka profil orang tersebut, namun interval tersebut dapat diubah dengan cara membuka menu Tools – Greasmonkey – User script commands - Set time interval to check for removed friends Cara Mengetahui Siapa Yang Menghapus Kalian Dari Friend List di Facebook

Facebook friends checker merupakan userscript untuk firefox yang seara berkala memeriksa friend list kalian di facebook. Cara untuk menggunakannya adalah dengan menginstallkan Greasmonkey terlebih dahulu tentunya dengan menggunakan web browser firefox. Setelah terinstal maka selanjutnya instal script Facebook Friend Checker yang ada disini.

Secara default script ini akan mendeteksi setiap dua jam sekali dan akan memberikan pesan siapa yang nge remove kalian dari friendlistnya dan memberikan link untuk membuka profil orang tersebut, namun interval tersebut dapat diubah dengan cara membuka menu Tools – Greasmonkey – User script commands - Set time interval to check for removed friends
Cara Mengetahui Siapa Yang Menghapus Kalian Dari Friend List di Facebook

Rabu, 05 Januari 2011

Welcome to my WORLD

Selamat datang di dunia ketiga Anda...
sobat Blogger, dunia ini memiliki keindahan tersendiri, semakin kita menikmati baik susah maupun senangnya maka semakin indah dunia ntu....

so guys, let we start our new life in the new world.............